Selasa, 02 Agustus 2016

Aku - Kamu


                Aku - Kamu

Aku
Kayuh!. Kapan mau sampai?

Kamu
Pakai apa? Tangan?

Aku
Cuma itu yang kita punya.

        Kamu menghela nafas lalu menunduk. 
        Aku terdiam dan beringsut duduk.

Aku
Kenapa?. Menyesal?

Kamu
Tidak. Hanya tak kukira sepayah ini.

        Aku kelu.
        Kamu diam.
        Sepi.
        Suara rintik hujan merajai.

Aku
Maaf, mestinya....

Kamu
Bukan. Aku yang mestinya..

Aku
Tidak. Kita. Aku dan kamu. Tidak hanya aku atau hanya kamu.

Kamu
Peluk aku

        Aku peluk Kamu
        Hujan reda laut tenang
        Biduk seperti ayunan taman

Kamu
Dekapmu, hanya itu yang aku butuh.

Aku
Hanya kamu

Kartika, 01.34. 2 Agustus 2016
Pentas sembilu? Siapa tau.

                           
             
             
   

Hatiku ke Hatimu


Hatiku ke Hatimu

Hujan
Perahu kertasku berlayar
Terombang ambing
Tanpa layar tanpa nahkoda
Ikuti arus
Tujuannya satu. 
Hatimu





Kartika, 19 July 2016

Hanya Rindu


Rindu

Ruang seram
Sisa wangi parfummu bak kemenyan
Bayangmu jadi hantu di kepalaku

Bukan, aku bukan takut sepi
Aku hanya rindu.




Kartika, 11 July 2016


Minggu, 21 April 2013

Ul Tah



                                                     Ulang hari hore?

horrrreeeee  ulang tahuuuuuunnnn...!!
selamat.
Bah
selamat apanya?, hari yang ke 365 bakal mulai dari angka 1 lagi? umur yang nambah?
Bahh..! makan tidur aja juga selama masih napas umur nambah
dan dipenjuru dunia yang lain, ada ratusan mungkin ribuan orang yang tambah umur hari ini, jadi apa hebatnya?

hebatnya..kalau sudah dan tetap berbuat apa pun itu demi derajat kemanusiaan.
Itu saja.









GK.12.04.'13





 








Senin, 05 September 2011


Bulan sepotong
Pada sepotong malam 
Ada hati yang terpotong potong..
 


tanah seratus ramadhan '95

Senin, 15 Agustus 2011

Halte

Pedagang asongan menata dagangannya di sudut, menunggu pembeli.
Seorang suami bersinglet tipis, santai membaca koran menunggu istrinya pulang dari pasar.
Sekali kali melirik ke samping, seorang pemuda menunggu tukang pos.Tak sabar mendapat surat jawaban ratusan surat lamarannya.
Yang dilirik, pura pura tak tau, padahal sadar betul, belahan rendah bagian dadanya begitu menggoda. Hidung belang yang ditunggunya pasti  tidak akan kecewa.
Gerombolan karyawan berseragam sama, naik berebut bis jemputan yang ditunggunya tiba.
Melihat itu, bapak tua yang berdiri di  pemisah jalan melanjutkan langkahnya menyebrang ke halte.
Memesan  rokok, menyobek segelnya cepat dan membakar sebatang.

"Masih belum dateng yang ditunggu pak?"
Sambil terbatuk pak tua menjawab, "Blum.."
"Janjian disini pak?"
"Tidak juga..bisa dimana saja.."
"Emang nunggu apa si pak?"
"Ajal".
Sepi...
Asap rokok berhembus perlahan dari  hidung dan mulut pa Tua.
"Gendeng". Pedagang asongan membatin.



Hisapan terakhir, rokok melenting ke jalan. Pak Tua merogoh kantong
"Gak hari ini kali pak.."
"Barangkali.."
"Penglaris.."  dicium dan ditempelkan uang kertas dari pak Tua ke jidat.  "Besok tunggu aja lagi ke sini pak..", pedagang asongan setengah menggoda.
"Mudah mudahan..". Pak Tua segera mengatur langkah hati hati menyebrangi jalan.

"Paaaakkk...rokoknyaaaa..!" Bungkus roko dalam genggaman pedagang asongan yang melambai.
Pak tua menoleh, selangkah berbalik dari pemisah jalan. "awaaaaassssssss....!!!!" orang orang di halte berteriak, bis yang tak sabar menunggu di deret kemacetan keluar antrian meluncur cepat. Rem tak mampu menahan laju mobil. Pak Tua kaget, reflek menoleh ke arah suara decit ban beradu aspal. Tak cukup waktu dan ruang buat pak tua. Histeris suara orang orang di halte mengalahkan bising puluhan deru mesin di jalan.  Mulut pedagang asongan terbuka lebar tanpa suara, tak percaya melihat tubuh pak tua bersimbah darah. Senyum pak Tua masih berbekas pada wajah tak bernyawa.



halte mampang, dari kaca jendela bis. Suatu saat di tahun 2007.




Minggu, 14 Agustus 2011

Damai

mata nglongok bulan yg nyangsang di langit..
kaki kecipakan di airkali..
hati tetep rungseng. 
            dikandani ngeyelll...!
            damai adanya di saraf bukan di peta!!